HAKIKAT IDUL-FITRI
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
اَلْØَمْد٠لÙلّه٠الَّذÙىْ اَعْظَمَ عَلَى عÙبَادÙه٠الْمÙــنَّةَ. بÙمَا دَÙَعَ عَنْهÙمْ كَيْدَ الشَّـيْطَان٠وَÙَــنَّهÙ. وَرَدَّ اَمَلَه٠وَخَيَّبَ ظَــنَّهÙ. اÙذْ جَعَلَ الصَّوْمَ ØÙصْنًا ÙلاَوْلÙيَائÙه٠وَجÙــنَّةً. ÙˆÙŽÙÙــتÙØÙŽ Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ بÙه٠اَبــْوَاب٠الْجَــنَّةÙ. الصَّلاَة٠وَالسَّلاَم٠عَلَى سَيّÙدÙنَا وَمَوْلاَناَ Ù…ÙØَمَّد٠قَائÙد٠الْخَلْق٠وَمÙمَهّÙد٠السّÙـنَّةÙ. وَعَلَى آلÙÙ‡ وَاَصْØَابÙÙ‡ Ø°ÙŽÙˆÙÙ‰ اْلاَبـْصَار٠الــثَّاقÙبَة٠وَالْعÙÙ‚Ùول٠الْمÙرْجÙØÙŽØ©Ù. اَشْهَد٠اَنْ لاَّ اÙلهَ اÙلاَّ الله٠وَØْدَه٠لاَ شَرÙيْكَ Ù„ÙŽÙ‡Ù. شَهَادَةً تÙــنْجÙىْ قَائÙــلَهَا Ù…Ùنْ اَهْوَال٠يَوْم٠الْقÙيَامَةÙ. وَاَشْهَد٠اَنَّ Ù…ÙØَمَّدًا عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠الَّذÙىْ لاَ نَبÙيَّ وَلاَ Ù†ÙبÙوَّةَ وَلاَ رÙسَالَةَ بَعْدَهÙ. مَعَاشÙرَ الْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ وَالْمÙسْلÙمَات٠وَزÙمْرَةَ الْمÙؤْمÙÙ†Ùيْنَ وَالْمÙؤْمÙنَات٠رَØÙÙ…ÙŽÙƒÙم٠اللهÙ. اÙوْصÙيْكÙمْ ÙˆÙŽÙ†ÙŽÙْسÙىْ بÙتَقْوَى الله٠وَطَاعَتÙه٠لَعَلَّكÙمْ تÙÙْلÙØÙوْنَ.
Kaum muslimin-muslimat rahimakumullah.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah mencurhakan nikmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga pada malam ini masih diperkenankan menunaikan ibadah shalat fardhu dan sunnah di malam penghujung Ramadhan.. Dengan penuh harapan semoga ibadah kita selama satu bulan Ramadhan itu, baik puasa, tarawih, tadarrus al-Quran, sedekah, dan sebagainya diterima oleh Allah SWT. Shalawat dan salam sejahtera semoga tercurah ke haribaan Nabi Kita Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya termasuk kita sekalian yang senantiasa mengikuti jejak langkahnya.
Kaum muslimin-muslimat rahimakumullah.
Pada saat ini ada dua rasa yang menggelora di dalam jiwa kita sekalian. Pertama, rasa bagahagia yang tiada terkira. Kedua, rasa sedih yang merasuk ke dalam sukma. Bahagia karena kita berada satu hari di penghujung Ramadhan dan satu hari lagi kita melaksanakan ibadah saum, yang sebelumnya kita telah melaksanakan satu kewajiban ibadah puasa selama satu bulan, yang tentu saja penuh dengan godaan dan hambatan, baik yang timbul dari luar, maupun yang muncul dari dalam diri kita sendiri. Namun semua godaan dan hambatan itu mampu kita kendalikan dengan penuh keikhlasan.
Adapun kesedihannya adalah, bahwa kita akan meninggalkan dan ditinggalkan oleh satu bulan mulia yang penuh dengan hikmah, berkah, rahmah, dan maghfirah Allah SWT. Dan tentu saja kita semua tidak tahu, apakah di tahun yang akan datang kita masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk menikmati jamuan Ramadhan ataukah tidak. Jika Allah menghendaki bahwa tahun mendatang kita tidak dipertemukan lagi dengan Ramadhan, maka artinya bahwa Ramadhan ini adalah Ramadhan yang terakhir untuk kita. Namun demikian, kita semua berdo’a semoga kita masih diperkenankan oleh Allah SWT untuk bisa bertemu kembali dengan Ramadhan yang akan datang, sehingga kita masih bisa menikmati jamuan Ibadah saum Ramadhan dengan segenap kebahagiaan. Amin ya Rabbal-‘alamin.
Hal itu desebabkan oleh hasrat hati dan keinginan kita untuk menghirup serta menikmati indahnya Ramadhan sebagai bulan mulia yang memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk beramal ibadah sebanyak-banyaknya dengan pahala yang dilipatgandakan setinggi-tingginya. Oleh karena itu, marilah kita gunakan kesempatan yang hanya satu hari ini dengan sebaik-baiknya. Kita sempurnakan ibadah saum kita ini sebagai saum yang paling berharga dari saum-saum kita sebelumnya. Kita persembahkan tarawih kita saat ini sebagai tarawih yang terbaik dari tarawih yang kita lakukan sebelumnya. Kita lantunkan ayat-ayat suci al-Quran dengan lantunan yang paling indah dari bacaan-bacaan kita sebelumnya. Kita panjatkan do'a yang paling ikhlas dari rangkaian do'a-do'a kita sebelumnya. Kita haturkan munajat cinta kita yang paling berkesan dari munajat-munajat kita sebelumnya. Sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
ãÂöky tb$ŸÒtBu‘ ü“Ï%©!$# tAÌ“Ré& ÏmŠÏù ãb#uäöÂà)ø9$# ”W‰èd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉiÂt/ur z`ÏiB 3“y‰ßgø9$# Èb$s%öÂàÿø9$#ur 4 `yJsù y‰Íky ãNä3YÏB tÂök¤¶9$# çmôJÝÁuŠù=sù ( `tBur tb$Ÿ2 $³ÒƒÍÂsD ÷rr& 4Â’n?tã 9Âxÿy™ ×o£Â‰Ïèsù ô`ÏiB BQ$ƒr& tÂyzé& 3 ߉ƒÌÂムª!$# ãNà6Î/ tÂó¡ãŠø9$# Ÿwur ߉ƒÌÂムãNà6Î/ uÂŽô£ãèø9$# (#qè=ÏJò6çGÏ9ur no£Â‰Ïèø9$# (#rçÂŽÉi9x6çGÏ9ur ©!$# 4†n?tã $tB öNä31y‰yd öNà6¯=yès9ur šcrãÂä3ô±n@ ÇÊÑÎÈ
Bulan Ramadhan, adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu, dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Baqarah: 185)
Kaum muslimin-muslimat rahimakumullah.
Menjelang idul-fitri, sebagian di antara kita biasanya kita disibukkan dengan hal-hal yang sifatnya badaniyah atau lahiriyah semata. Kita sibuk mempersiapkan baju baru, peci dan sorban baru, kerudung baru, sarung baru, dan sebagainya. Di sisi lain ibu-ibu juga disibukkan dengan membuat masakan-masakan, kue-kue, ataupun hidangan- hidangan untuk perayaan lebaran. Hal seperti ini pada dasarnya tidaklah terlarang sekiranya masih dalam koridor dan batas-batas kewajaran sebagai luapan kegembiraan di hari lebaran. Hanya yang harus diperhatikan sebenarnya adalah sejauh mana ibadah Ramadhan itu membekas di hati kita. Sejauh mana amalan ibadah saum ramadhan itu mampu membentuk kepribadian kita. Sejauh mana ibadah zakat fitrah itu menumbuhkan sikap solidaritas sosial kita terhadap sesama. Sampai di mana ibadah tarawih kita itu dapat meningkatkan keimanan kita. Sampai di mana ibadah tadarrus al-Quran kita itu dapat teraplikasi dalam kehidupan kita. Dan sebagainya.
Karena sejak semula, pelaksanaan ibadah Ramadhan ini diorientasikan la'allakum tattaqun, dalam rangka mencetak manusia yang beriman agar menjadi orang-orang yang bertaqwa. Bukan sekedar pengakuan bahwa dirinya beriman, tetapi harus dengan pembuktian melalui perbuatannya. Sanggupkah ia melaksanakan perintah Allah dengan keikhlasannya walaupun memberatkamn dirinya, serta sanggupkah ia menjauhi dan meninggalkan larangan Allah dengan kesungguhannya meskipun menyenangkan nafsunya. Bukan pribadi yang berbalut pakaian baru, sementara keimanannya keropos. Bukan tubuh yang bertahtakan perhiasan mewah, sementara akhlak dan kepribadiannya rendah. Sehingga para ulama menyatakan:
لَـيْسَ الْعÙيْد٠لÙمَنْ لَبÙسَ الْجَدÙيْدَ، ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙنَّ الْعÙيْد٠لÙمَنْ طَاعَتÙه٠تَزÙيْدÙ
Lebaran itu bukanlah untuk orang yang mengenakan baju baru, tetapi lebaran itu adalah untuk rang-orang yang ketaatannya semakin bermutu.
Kaum muslimin-muslimat rohimakumulloh.
Atas dasar itulah, menurut sahabat Anas bin Malik, kata “’id” yang berarti hari kebahagian mempunyai dua makna: pertama makna secara syari’at, dan kedua makna secara hakikat. Secara syari’at, ‘id terbagi dua, yakni ‘idul fitri dan ‘idul adha. Sedangkan secara hakikat, ‘id yang berarti hari kebahagiaan itu meliputi lima arti.
Pertama, makna ‘id secara hakikat adalah:
ÙƒÙلّ٠يــَوْم٠يَمÙرّ٠عَلـَى الْمÙؤْمÙن٠وَلـَا ÙŠÙكْتَب٠عَلـَــيْه٠ذَنـــْبٌ.
Pada setiap hari yang dilalui oleh seorang yang beriman dan ia terbebas dari perbuatan dosa. Baik hati, sikap, lisan, maupun perbuatannya. Maka orang yang seperti inilah yang pantas merayakan ied, yaitu hari kebebasannya dari perbuatan dosa.
Allah SWT berfirman:
ô‰s% yxn=øùr& `tB 4Â’ª1t“s? ÇÊÍÈ tÂx.sÂŒur zOó™$# ¾ÏmÎn/u‘ 4Â’©?|Ásù ÇÊÎÈ
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan dirinya, dan dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia sembahyang. (QS. Al-A’la:14-15)
Kedua, makna ‘id secara hakikat adalah:
الْــيَوْم٠الَّذÙىْ يَخْرÙج٠ÙÙيه٠مÙÙ†ÙŽ الدّÙنْـــيَا بÙالْـاÙيــْمَان٠وَالشَّــهَادَة٠وَالْعÙصْمَة٠مÙنْ كَيْد٠الشَّيْطَانÙ.
Suatu hari pada saat seseorang meninggal dunia dengan membawa keimanan dan keyakinan kepada Allah serta selamat dari tipu daya setan yang selalu mencari cara dan upaya untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah SWT.
Allah SWT menjelaskan:
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è? Ÿwur ¨ûèòqèÿsC žwÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡Â•B ÇÊÉËÈ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan Islam. (QS. Ali Imran:102)
Kaum muslimin-muslimat rohimakumulloh.
Ketiga, makna ‘id secara hakikat adalah:
الْـــيَوْم٠الَّذÙىْ ÙŠÙـــجَاوÙز٠ÙÙـيه٠الـــصّÙرَاطَ وَيــَأْمَـــن٠مÙنْ اَهْوَالــÙــــــــ الْقÙيَامَة٠وَيÙخْلÙص٠مÙنْ اَيـــْدÙÙ‰ الْـــخÙصÙوْم٠وَالـــزَّبـــَانÙÙŠÙŽØ©Ù.
Suatu hari pada saat melintas di atas shirathal-mustaqim, ia selamat dari kesulitan hari kiamat dan terbebas dari siksaan malaikat Zabaniyah penjaga neraka. Rasulullah SAW menggambarkan, bahwa manusia akan melewati shirath yang terbentang di atas neraka Jahannam, di atasnya ada dua duri dan ranjau-ranjau yang menyambar manusia baik dari kiri maupun dari kanan. Di sisi mereka para malaikat berkata, "Ya Allah, selamatkanlah! Ya Allah selamatkanlah!" maka sebagaian mereka dapat melewati shirath itu secepat kilat, sebagian lagi menyebranginya seperti angin, sebagian lagi seperti penunggang kuda, sebagian berusaha mati-matian, sebagian berjalan sedemikian rupa, sebagian merangkak, dan sebagian lagi merayap. Sedangkan penghuni neraka tidak mati dan juga tidak hidup. Umat manusia (yang di hatinya ada keimanan meskipun hanya sebutir debu) dihukum karena dosa dan kesalahan mereka lalu terbakar menjadi arang, kemudian mereka diizinkan mendapat syafa'at. (HR. Bukhari Muslim).
Kaum muslimin-muslimat rohimakumulloh.
Keempat, makna ‘id secara hakikat adalah:
الْـــيَوْم٠الَّذÙىْ يــَدْخÙÙ„Ù ÙÙيه٠الْجَــنَّةَ وَيـــَأْمَن٠مÙÙ†ÙŽ الْــجَØÙيْمÙ.
Suatu hari dimana ia selamat dari panasnya neraka Jahim serta ia masuk ke dalam surga yang dilimpahi kenikmatan yang tidak pernah terbayangkan.
Allah SWT berfirman:
t,‹Å™ur šúïÏ%©!$# (#öqs)¨?$# öNåk®5u‘ Â’n<Î) Ïp¨Zyfø9$# #·ÂtBã— ( #Ó¨Lym #sÂŒÎ) $ydrâä!%y` ôMysÏGèùur $ygç/ºuqö/r& tA$s%ur óOçlm; $pkçJtRt“yz íN»n=y™ öNà6ø‹n=tæ óOçFö7ÏÛ $ydqè=äz÷Š$$sù tûïÏ$Î#»yz ÇÐÌÈ
Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan (pula). sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya". (az-Zumar:73)
Dan kelima, makna ‘id secara hakikat adalah:
الْــيَوْم٠الَّذÙىْ يـَـنْظÙر٠ÙÙيه٠اÙلـَـى رَبــّÙÙ‡Ù.
Suatu hari dimana seseorang melihat kepada Allah SWT. Ini merupakan nikmat teragung bagi para penghuni surga di antara nikmat-nikmat surgawi lainnya sebagaimana banyak divisualisasikan baik oleh al-Quran maupun al-Hadis. Kenikmatan yang tiada berujung – khalidina fiha abadan. Dan nikmat yang paling agung itu adalah pertemuan dengan Allah SWT. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa ada sekelompok sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, apakah pada hari kiamat nanti kita dapat melihat Allah?" Rasulullah SAW menjawab: "Apakah kalian kesulitan ketika melihat bulan purnama?" Mereka menjawab: "Tidak, ya Rasulullah". Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Kalian juga akan melihat Allah dalam keadaan seperti itu.
Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda:
اÙذَا دَخَلَ اَهْل٠الْجَنَّة٠الْجَنَّةَ، ÙŠÙŽÙ‚Ùول٠الله٠تَــبَارَكَ وَتـَعَالـَى: تÙرÙيْدÙونَ شَيْئًا اَزÙيْدÙÙƒÙمْ؟ ÙَــيَـقÙولÙوْنَ: اَلـَمْ Ù†ÙــبَــيّÙضْ ÙˆÙجÙوْهَنَا؟ اَلـَمْ تÙدْخÙلْنَا الْجَــنَّةَ وَتÙــنَـجّÙنَا Ù…ÙÙ†ÙŽ الــنَّارÙØŸ ÙÙŽÙŠÙكْشَÙ٠الْØÙجَابÙØŒ Ùَمَا اÙعْطÙوْا شَيْئًا اَØَبَّ اÙلـَيْهÙمْ Ù…ÙÙ†ÙŽ الـنَّظَر٠اÙلـَى رَبــّÙÙ‡Ùمْ. (مسلم)
Tatkala ahli surga masuk ke dalam surga, Allah SWT berfirman: “Apabila kamu sekalian menginginkan sesuatu, mintalah pada-Ku, pasti Aku kabulkan”. Mereka menjawab: “Bukankah Engkau telah membersihkan wajah kami? Bukankan Engkau telah menyelamatkan kami dari api neraka? Lalu apa lagi yang akan Engkau berikan pada kami?” Maka seketika itu terbukalah hijab, dan mereka tidak merasakan sesuatu yang lebih indah dan nikmat selain memandang kepada Allah. (HR. Muslim).
Kaum muslimin-muslimat rohimakumulloh.
Di penghujung malam Ramadhan ini, marilah kita bersama-sama bermunajat dan berdo'a kepada Allah dengan segenap keikhlasan, ketundukan, dan kerinduan, dan kecintaan kita kepada-Nya.
اللَّهÙمَّ آمÙيْن يَا رَبَّ الْعَالَمÙيْنَ، اَلْØَمْد٠لÙلَّه٠Øَمْدًا ÙŠÙوَاÙÙىْ Ù†Ùعَمَه٠وَيــÙكَاÙÙئ٠مَزÙيْدَهÙØŒ يَارَبــَّنَا Ù„ÙŽÙƒÙŽ الْØَمْد٠وَلَكَ الْمÙلْك٠وَلَكَ الشّÙكْر٠كَمَا يَنْبَغÙىْ Ù„Ùجَلاَل٠وَجْهÙÙƒÙŽ الْكَرÙيْم٠وَعَظÙيم٠سÙلْطَانÙÙƒÙŽØŒ اللَّهÙمَّ صَلّ٠عَلـَى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙÙ€Øَمَّد٠صَلاَةً تÙنــْجÙينَا بÙـهَا Ù…Ùنْ جَمÙيْع٠الْـاَهْوَالـÙــــ وَالْـاَÙَاتÙØŒ وَتَÙْضÙىْ لَنَا بÙـهَا جَمÙيْعَ الْـØَاجَاتÙØŒ وَتÙطَهّÙرÙنَا بÙـهَا Ù…Ùنْ جَمÙيْع٠السَّيّÙأَتÙØŒ وَتَرْÙَعÙنَا بÙـهَا عÙنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتÙØŒ وَتÙبَلّÙغÙنَا بÙـهَا اَقْصَى الْغَايَاتÙØŒ Ù…Ùنْ جَمÙيْع٠الْـخَيْرَات٠ÙÙÙ‰ الْـØَيَاة٠وَبـَعْدَ الْـمَمَاتÙØŒ وَعَلَـى آلÙه٠وَصَØْبÙه٠وَسَلّÙمْ، اÙنَّكَ عَلَـى ÙƒÙلّ٠شَيْء٠قَدÙيْرٌ.
Ilahi ya Robbana
Di penghujung malam Ramadhan ini kami bersimpuh di hadapan-Mu untuk memohon ampunanmu. Bersujud dibawah keagungan-Mu untuk memohon rahmat-Mu. Menghiba ke hadirat-Mu untuk mengharap kasih-sayang-Mu.
Ya arhamar-rohimin
Malam ini adalah detik-detik terakhir bulan suci. Bulan yang penuh berkah, hikmah, rahmah, serta maghfirah-Mu. Berkah-Mu melimpah ruah di bulan suci ini. Hikmah-Mu tercurah luas di bumi ini. Rahmah-Mu menghujani kemarau iman kami. Dan mgahfirah-Mu menghapuskan segala noda dan dosa kami.
Wahai Tuhan
Engkaulah yang Maha Tahu atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan ibadah kami. Engkaulah yang Maha Tahu atas segala kelalaian dan kekhilafan kami dalam menjalankan kewajiban ibadah kami. Oleh karena itu, sungguh tak pantas bagi kami untuk menikmati indahnya taman surga-Mu. Namun kami tak mungkin sanggup menerima murka dan amarah-Mu. Harapan kami ya Robbana, ampunilah dosa dan kesalahan kami. Bukakanlah pintu taubat-Mu untuk kami. Lapangkanlah maghfirah-Mu untuk kami. Kami mengakui, bahwa dosa-dosa kami bagaikan butir-butir pasir di jagat raya. Kami menyadari, kesalahan kami laksana buih samudera. Namun kami meyakini bahwa ampunan-Mu seluas angkasa.
اللّهÙمَّ رَبــَّــنَا تَقَــبَّلْ Ù…Ùنَّا ÙˆÙضÙوْءَنَا وَصَلاَتَنَا وَصÙيَامَنَا ÙˆÙŽÙ‚Ùيَامَنَا ÙˆÙŽÙ‚Ùرَاءَتَنَا، وَرÙÙƒÙوْعَنَا وَسÙجÙوْدَنَا ÙˆÙŽÙ‚ÙعÙوْدَنَا وَتَشَهّÙدَنَا وَتَسْبÙيْØَنَا وَتَØْمÙيْدَنَا وَتَهْلÙــيْلَنَا وَتَخَشّÙعَنَا وَتَضَرّÙعَنَا وَتَعَبّÙدَنَا، وَتَمّÙمْ تَقْصÙيْرَنَا وَلـَا تَضْرÙبْ بÙهَا ÙˆÙجÙوْهَنَا يَا اÙلـَـــهَ الْعَالـَمÙيْنَ وَيـــَا خَيْرَ الــنَّاصÙرÙيْنَ بÙرَØْمَتÙÙƒÙŽ يــَا اَرْØÙŽÙ…ÙŽ الرَّاØÙÙ…Ùيْنَ.
Wahai Allah
Meski sarat dengan kekurangan terimalah wudhu dan shalat kami, terimalah puasa, tarawih, dan bacaan al-Quran kami, terimalah ruku', sujud, dan tasyahud kami, terimalah tasbih, tahmid, dan tahlil kami, terimalah khusyu', tawadhu, dan ta'abud kami, dan mohon sempurnakanlah kekurangan kami, janganlah Engkau campakkan ibadah kami itu ke muka kami karena kebodohan kami. Wahai Tuhan yang Maha pengasih dan penyayang.
Ya Allah, ya Rahman, ya Rahim, ya Dzal Jalali wal-Ikram
Di malam penghujung Ramadhan ini kami bermohon kepada-Mu, perkenankanlah kami untuk berjumpa kembali dengan Ramadhan yang akan datang. Perkenankan kami untuk bertemu kembali dengan malam nuzulul-Quran dan lailatul-qadar di Ramadhan tahun depan. Kami rindu limpahan hikmah dan berkah-Mu. Kami bersuka cita menerima curahan rahmah dan maghfirah-Mu. Kami bahagia menikmati hidangan kasih sayang-Mu.
رَبـَّـــنَا تَـــقَبَّلْ Ù…Ùنَّا اَنَّكَ اَنْتَ السَّمÙيْع٠الْعَلÙيمÙØŒ وَتÙبْ عَلـَـيْنَا اÙنَّكَ اَنْتَ الــتَّــوَّاب٠الرَّØÙيمÙ. رَبــَّــنَا آتÙــنَا ÙÙÙ‰ الدّÙنْيَا Øَسَنَةً ÙˆÙŽÙÙÙ‰ الْاخÙرَة٠Øَسَنَةً وَّقÙنَا عَذَابَ النَّارÙ.وَصَلَّى الله٠عَلـَى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠وَعَلـَى آلÙÙ‡ وَصَØْبÙÙ‡ وَسَلَّمَ. سÙبْØَانَكَ اللَّهÙمَّ رَبّ٠الْـــعÙزَّة٠عَمَّا يَصÙÙÙوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلـَى الْـمÙرْسَلÙيـْنَ وَالْـØَمْد٠لÙلّه٠رَبّ٠الْعَالـَمÙيْـنَ.
هدانا الله واياكم اجمعين
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh