MANUSIA YANG TIDAK MERUGI (KULTUM ROMADHON HARI KE 25) Masjid ALWUSTHO

MANUSIA YANG TIDAK MERUGI (KULTUM ROMADHON HARI KE 25)

MANUSIA YANG TIDAK MERUGI

 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِىْ اَنْعَمَ عَلَـيْنَا بِاَنْوَاعِ الــنِّعَمِ وَلَطَائِفِ اْلاِحْسَانِ. وَفَضَّــلَنَا عَلَى سَائِرِ خَلْقِهِ بِاْلاِسْلاَمِ وَاْلاِيــْمَانِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَنَّانُ الْمَنَّانُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنـَا وَنَبِيَّنَا وَمَوْلاَنـَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمَبْعُوثُ بِخَيْرِ الْمِلَلِ وَاْلاَدْيَانِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبــَارِكْ عَلَـيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَهْلِ الصِّدْقِ وَالْعِرْفَانِ.صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ بِعَدَدِ كُلِّ شَيْءٍ فِى اْلاَكْوَانِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ. اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِىْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

 

Kaum muslimin muslimat hamba Allah yang berbahagia.

            Puji dan syukur dengan segala kesempurnaannya marilah kita persembahkan kepada Allah SWT, karena atas qudrah, iradah, serta izin-Nya semata pada saat ini kita masih diberi kesempatan untuk melaksanakan salah satu tugas dan kewajiban kita untuk beribadah kepada-Nya.

            Salawat teriring salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah diutus oleh Allah SWT menjadi rahmatan lil'alamin – rahmat bagi semesta alam, liyukhrijannas minadz-dzulumati ilannur – membebaskan manusia dari kegelapan kepada cahaya iman.

 

Kaum muslimin muslimat hamba Allah yang berbahagia.

            Pada malam yang penuh berkah, rahmah, dan maghfirah ini marilah kita telusuri kembali liku-liku perjalanan kita dalam mengarungi samudera dunia. Seberapa jauh kita melangkah sehingga telapak kaki ini nyaris menapaki pepasiran pantai yang membentang luas di hadapan. Dan seberapa banyak bekal yang kita siapkan untuk menyongsong hari depan di pulau keabadian.

            Hal ini perlu untuk selalu diingatkan, karena disepanjang perjalanan yang kita lalui ini banyak sekalai hambatan, halangan, dan rintangan. Sedikit saja kita lengah, maka kebahagiaan yang kita idamkan itu hanya tinggal bayangan yang melintas di depan pandangan. Sudah banyak orang yang terpesona di negeri dunia ini, sehingga ia lupa bahwa perjalanan masih teramat panjang. Sudah banyak orang yang terjebak di samudera raya ini, diombang-ambingkan ombak dan gelombang kehidupan, yang membuat ia tidak sadarkan diri bahwa akhirat telah menanti.

            Oleh karena itu, Allah SWT mengingatkan melalui keagungan Firman-Nya di dalam al-Quran:

 

ΎóÇyèø9$#ur ÇÊÈ   ¨bÎ) z`»|¡SM}$# ’Å"s9 AŽô£äz ÇËÈ   

 

Demi masa,  dimana Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk menggunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya untuk beribadah dan memperbanyak amal saleh. karena sungguh manusia itu benar-benar dalam kerugian. Manusia yang tidak bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Manusia yang lupa bahwa kesempatan yang diberikan itu bukan untuk disia-siakan.

            Maka sejalan dengan ayat ini, Rasulullah SAW bersabda: "Bagi yang berakal, selama akalnya itu belum dihinggapi kegilaan, maka ia berkewajiban untuk mengatur waktu-waktunya. Ada waktu yang digunakannya untuk bermunajat dengan Tuhannya, ada waktu yang digunakan untuk mentafakuri penciptaan langit dan bumi --- dengan kata lain, waktu yang disediakan untuk belajar, ada waktu untuk melakukan muhasabah --- yakni introspeksi terhadap dirinya, dan ada pula waktu yang dikhususkan untuk diri dan keluarganya guna memenuhi kebutuhan hajat hidupnya".

Karena "bukanlah orang yang baik di antara kalian, seseorang yang meninggalkan dunia karena mengkhususkan diri untuk kehidupan akhirat. Demikian pula bukanlah orang yang baik di antara kalian, seseorang yang melupakan akhirat karena disibukkan dengan urusan dunia. Tetapi orang yang baik di antara kalian adalah seseorang yang menempatkan keduanya secara benar. Ia kerjakan urusan dunia sebagai jembatan untuk meraih kebahagiaan di akhirat". Sebagaimana firman Allah selanjutnya:

 

žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur Ύö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ  

 

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan saling menasehati dengan  kebenaran, dan saling menasihati dengan  kesabaran.

 

 

 

Kaum muslimin muslimat hamba Allah yang berbahagia.

            Pada ayat yang ketiga surah al-Ashr ini, Allah SWT menjelaskan empat kriteria manusia yang tidak akan mengalami kerugian. Dengan kata lain, mereka yang dikecualikan dari kerugian itu yang berarti orang yang akan mendapat keuntungan, kesenangan, dan kebahagiaan.

Pertama: alladzina amanu, yaitu orang-orang beriman yang teguh dengan keimanannya. Dalam arti orang-orang yang memiliki pengetahuan menyangkut kebenaran imannya tentang ketuhanan dan ajaran-ajaran agama yang bersumber dari Allah SWT. Keimanan yang kukuh, yang tidak mudah luntur digempur waktu dan tidak mudah goyah diterjang zaman. Keimanan  yang senantiasa bersinar sepanjang masa.

Allah SWT berfirman:

 

¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#qä9$s% $oYš/z’ ª!$# §NèO (#qßJ»s)tFó™$# Ÿxsù ì$öqyz óOÎgøŠn=tæ Ÿwur öNèd šcqçRt“øts† ÇÊÌÈ     

 

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (QS. Al-ahqaf: 13)

 

            Kedua, orang-orang yang tidak akan mengalami kerugian adalah wa'amilush-sholihat, orang-orang yang beramal saleh. Amal saleh adalah pekerjaan yang apabila dilakukan, maka suatau kerusakan akan terhenti atau menjadi tiada. Atau bisa juga diartikan, amal saleh adalah suatu pekerjaan yang dengan melakukannya diperoleh manfaat dan kesesuaian.

            Maka seorang mukmin yang beramal saleh adalah orang yang aktivitasnya mengakibatkan terhindarnya mudarat, atau yang pekerjaannya memberi manfaat kepada pihak-pihak lain, dan atau pekerjaannya sesuai dengan petunjuk-petunjuk ilahi, akal sehat, dan adat-istiadat yang baik.

Rasulullah SAW mengingatkan dalam sabdanya: "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama nilainya dengan hari kemarin, maka dia adalah orang yang merugi. Dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka dia adalah orang yang celaka".

            Dalam segala hal, terutama dalam menghargai waktu, Rasulullah adalah teladan yang utama. Para sahabat beliau sering menyaksikan kaki beliau yang bengkak beribadah sepanjang malam untuk tahajud. Samapi-sampai Siti Aisyah menegur: "Bukankah Allah telah mengampuni dosamu, sekiranya itu ada, baik yang dahulu maupun yang akan dating, kenapa engkau lakukan pula amal ibadah yang seberat ini?". Rasulullah menjawab: "Aku ingin menjadi hamba Allah yang bersyukur".

 

 

Kaum muslimin muslimat hamba Allah yang berbahagia.

            Ketiga, orang-orang yang tidak akan menderita kerugian adalah watashau bil-haq, saling menasihati dengan kebenaran. Saling mengingatkan untuk selalu berbuat kebenaran. Karena sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk amar ma'ruf nahy munkar, mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran. Dengan tegas Rasulullah memerintahkan kepada umatnya:

 

يـَا اَيـُّهَا النَّاسُ، مُرُوْا بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَوْ عَنِ الْمُنْكَرِ قَـبْلَ اَنْ يَدْعُوا اللهَ فَلاَ يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ، وَقَـبْلَ اَنْ تَسْتَغْفِرُوهُ فَلاَ يَغْفِرَ لَكُمْ، اِنَّ اْلاَمْرَ بِالْمَعْرُوْفِ لاَ يُقَرِّبُ اَجَلاً، وَاِنَّ اْلاَحْبَارَ مِنَ الْيَهُوْدِ وَالرَّهْبَانَ مِنَ النَّصَارَى لَمَّا تَرَكُوْا اْلاَمْرَ بِالْمَعْرُوْفِ وَالـنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ لَعَنَهُمُ اللهُ عَلَى لِسَانِ اَنـْبِيَائِهِمْ وَعَمَّهُمُ الْبَلاَءَ. (الطبرانى)

 

Wahai segenap manusia, serulah kepada yang ma'ruf dan cegahlah dari yang munkar, sebelum kamu berdo'a kepada Allah kemudian tidak dikabulkan, serta sebelum kamu memohon ampunan kemudian tidak diampuni, karena amar ma'ruf itu tidak mendekatkan ajal. Sesungguhnya para pendeta yahudi dan nasrani ketika mereka meninggalkan amar ma'ruf nahy munkar mereka dilaknat oleh allah melalui ucapan nabi-nabi mereka. Dan mereka juga ditimpak bencana serta malapetaka. (HR. Thabraniy)

 

Kaum muslimin muslimat hamba Allah yang berbahagia.

            Keempat, orang-orang yang tidak akan menderita kerugian adalah watawasahu bish-shabri, saling menasihati dengan kesabaran. Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah walaupun berat untuk dijalani. Sabar dalam meninggalkan perbuatan yang dilarang oleh  Allah walaupun sangat disukai. Dan sabar dalam menerima ujian dari Allah dengan segenap keteguhan hati.

Allah SWT memberikan teguran kepada manusia melalui friman-Nya:

 

ôQr& ÷Läêö7Å¡ym br& (#qè=äzô‰s? sp¨Yyfø9$# $£Js9ur ÉOn=÷ètƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#r߉yg»y_ öNä3ZÏB zNn=÷ètƒur tûïΎÉ9»¢Á9$#

 

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan memperoleh anugerah Allah yang agung dengan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad dengan sungguh-sungguh diantaramu baik dengan harta, tenaga, bahkan jiwa; dan belum nyata orang-orang yang sabar dalam jihadnya. (Ali Imran: 143). Karena keimanan dan jihad fi sabilillah jika tidak disertai dengan kesabaran, maka ia hanya akan melahirkan kegagalan. Keimanan dan jihad fi sabilillah jika tidak disertai dengan kesabaran, maka ia hanya akan melemahkan keyakinan. Keimanan dan jihad fi sabilillah jika tidak disertai dengan kesabaran, maka ia hanya akan mendatangkan kerugian serta menjauhkan diri dari kebahagiaan.  

Kemudian Allah memberikan tuntunan kepada kita:

 

$yg•ƒr'¯»tƒ z`ƒÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qãY‹ÏètGó™$# Ύö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# yìtB tûïΎÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÌÈ  

 

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah: 153). Sabar dalam menghadapi ejekan dan rayuan, sabar dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, sabar dalam menghadapi petaka dan kesulitan, serta sabar dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.

            Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar, ini mengisyaratkan bahwa jika seseorang ingin teratasi penyebab kesulitan dan kesedihannya, jika ingin berhasil memperjuangkan kebenaran dan keadilan, maka dia harus menyertakan Allah dalam setiap langkahnya. Dia harus bersama Allah dalam segala aktivitasnya. Ketika itu, Allah Yang Maha Mengetahui, Maha Perkasa, lagi Maha Kuasa pasti membantunya, karena Dia pun telah bersama hamba-Nya. Tanpa kebersamaan itu, kesulitan tidak akan tertanggulangi, bahkan tidak mustahil kesulitan itu diperbesar oleh setan dan nafsu amarah manusia sendiri.

            Karena kesabaran membawa kepada kebaikan dan kebahagiaan serta menjauhkan kita dari kerugian, maka kita tidak boleh berpangku tangan dalam menghadapi dan mengatasi setiap permasalahan. Kita harus berjuang dan terus berjuang sekuat tenaga dan kemampuan. Dan yakinlah kita bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, meski kebaikan itu belum berbuah sebagaimana yang diharapkan. Allah lebih mengetahui apa yang kita butuhkan. Allah lebih mengerti apa yang kita  perlukan. Dan Allah tidak akan mengecewakan hamba-hamba-Nya yang beriman.  

 

Kaum muslimin muslimat hamba Allah yang berbahagia.

            Demikianlah empat karakter manusia yang tidak akan menderita kerugian, yakni: orang yang beriman dengan sebenarnya, kemudian dengan imannya itu ia sanggup membuktikannya dengan amal saleh, saling menasihati dengan kebenaran serta saling menasihati dengan kesabaran.

 

بارك الله لـى ولكم

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

 

 

MANUSIA YANG TIDAK MERUGI (KULTUM ROMADHON HARI KE 25)