MENDIRIKAN SHALAT YANG KHUSYU’ (KULTUM ROMADHON HARI KE 19) Masjid ALWUSTHO

MENDIRIKAN SHALAT YANG KHUSYU’ (KULTUM ROMADHON HARI KE 19)

MENDIRIKAN SHALAT YANG KHUSYU’

 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِىْ كَتَبَ  الْفَرِيْضَةَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ خَمْسًا.  كَمَا فِى قَوْلِهِ : اِنَّ الصَّلوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتَابـًا مَوْقُوتًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ اِلـهً وَاحِدًا.  وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، الَّذِى لاَ يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى اِنْ هُوَ اِلاَّ وَحْيٌ يـُّـوْحَى.اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هذَا الــنَّبِيِّ الْمُصْطَفَى. وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَهْلِ الصِّدْقِ وَالْوَفَى. عِبَادَ اللهِ!  اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنـْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْآنَ فَاسْتَمِعُوْا لَهُ وَاَنْصِتُوْا لَهُ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ. وَاَنْ أَقِيمُوا الصَّلوةَ وَاتَّقُوهُ وَهُوَ الَّذِي اِلَــيْهِ تُحْشَرُونَ.

 

            Segala puji hanya milik Allah, puji dengan sepenuh hati, akal, dan budi sebagaimana puji yang selayaknya dimiliki oleh Tuhan yang Maha Suci. Shalawat  dan salam semoga tercurah kepada aktor penghulu alam Rasulullah SAW, dengan salawat yang bertahtakan rahmat serta keagungan, dan salam yang berhiaskan cinta dan kerinduan sehingga tidak bisa lagi dilukiskan dengan ungkapan, hanya air mata yang berlinang penuh pengharapan, semoga suatu hari Allah memperkenankan kita untuk suatu perjumpaan yang sarat dengan kebahagiaan.

 

Hadirin rahimakumullah

            Dalam hadisnya Rasulullah SAW menyatakan bahwa Islam ditegakkan di atas lima dasar, satu di antaranya adalah shalat. Oleh karena itu, shalat adalah tiang agama. Barangsiapa menegakkan shalat, berarti dia telah menegakkan agamanya. Dan barangsiapa yang meninggalkan shalat, berarti ia telah meruntuhkan agamanya. Maka tegakkanlah shalat, karena yang pertama-tama diperhitungkan terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka dia beruntung dan bahagia, karena dianggap baik pula seluruh amalnya. Tetapi apabila shalatnya rusak, maka dia kecewa dan merugi, karena dianggap rusak pula seluruh amalnya.

Oleh karena itu, secara tegas al-Quran menyatakan:  اَقِمِ الصَّلَوةَ  dirikanlah shalat. Bukan hanya sekedar melaksanakan, tetapi menegakkan. Bukan hanya sekedar menunaikan kewajiban, tetapi shalat menjadi kebutuhan. Bukan sekedar pelaksanaan ibadah ritual yang dilandasi dengan keterpaksaan, tetapi shalat yang dilaksanakan dengan segenap pengharapan, rasa cinta, dan kerinduan kepada Allah, Tuhan penguasa semesta alam. Shalat yang dilandasi dengan ketulusan seorang hamba yang taat atas perintah Tuhannya. Bukan karena pamrih untuk mendapatkan surga, bukan pula karena ketakutan menjadi penghuni neraka. Shalat yang diniatkan lillahi Ta'ala, demi Allah Ta'ala. Yakni shalat yang akan menghantarkan kita kepada kebahagiaan, ketenangan, ketenteraman, serta keridhaan-Nya di dunia dan akhirat.

Allah SWT berfirman:

ô‰s% yxn=øùr& tbqãZÏB÷sßJø9$# ÇÊÈ

 

Sesungguhnya berbahagialah orang-orang yang beriman. (QS. al-Mukminun:1). Kebahagiaan yang senantiasa diharapkan oleh setiap insan, yakni kebahagian sejati yang dilimpahi keridhaan Allah SWT. Lalu siapa dan bagaimanakah orang-orang yang beriman yang akan mendapatkan kebahagiaan itu?

 

tûïÏ%©!$# öNèd ’Îû öNÍkÍEŸx|¹ tbqãèϱ»yz ÇËÈ  

 

(Yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya. (QS. al-Mukminun:2). Yakni orang-orang yang tunduk dan hatinya merasa tenteram dengan berdzikir kepada Allah. Sebagaimana juga Allah perintahkan pada ayat yang lain:

 

(#qãZŠÏètFó™$#ur Ύö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 $pk¨XÎ)ur îouŽÎ7s3s9 žwÎ) ’n?tã tûüÏèϱ»sƒø:$# ÇÍÎÈ  

 

Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. (QS. al-Baqarah: 45)

 

Hadirin rahimakumullah

            Pada ayat ini, kita diperintahkan untuk menjadikan kesabaran dan shalat sebagai sarana untuk memohon pertolongan kepada Allah. Sabar adalah menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati. Ia juga berarti ketabahan dalam menghadapi setiap persoalan. Imam Ghazali mendefinisikan sebar sebagai ketetapan hati dalam melaksanakan tuntutan agama menghadapi rayuan nafsu.

            Secara umum kesabaran dapat dibagi dalam dua bagian pokok. Pertama, sabar jasmani – yaitu kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintah-perintah keagamaan yang melibatkan anggota tubuh, seperti sabar dalam melaksanakan ibadah haji yang mengakibatkan keletihan, atau sabar dalam membela dan memperjuangkan kebenaran, dan tentu saja sabar dalam mendirikan shalat yang khusyu'. Kedua, sabar rohani – yakni menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dpat mengantar kepada keburukan, seperti sabar dalam menahan amarah, atau sabar menahan nafsu seksual yang bukan pada tempatnya.

            Sedangkan "Shalat" dari segi bahasa adalah do'a, dan dari segi pengertia syari'at Islam adalah ucapan dan perbuatan tertentu yang diawali dengan takbiratul-ihram dan diakhiri dengan salam berdasarkan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh syara'. Shalat juga mengandung pujian kepada Allah atas limpahan karunia-Nya. Mengingat Allah dan karunia-Nya mengantar seseorang terdorong untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta mengantarnya tabah dalam menerima cobaan atau tugas yang berat. Demikian shalat dapat membantu manusia untuk mengahadapi segala tugas dan bahkan petaka. Urgensi shalat seperti ini sangatlah berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.

 

tûïÏ%©!$# tbq‘ZÝàtƒ Nåk¨Xr& (#qà)»n=•B öNÍkÍh5u‘ öNßg¯Rr&ur Ïmø‹s9Î) tbqãèÅ_ºu‘ ÇÍÏÈ  

 

Yaitu orang-orang yang meyakini, dengan segenap keyakinannya bahwa suatu saat nanti, mau ataupun tidak mau, mereka akan menemui Tuhannya,  dengan membawa segala amal-perbuatannya selama mengembara di negeri dunia, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya dengan mendapatkan balasan atas apa yang telah dilakukannya. Pada saat itulah keadilan akan ditegakkan, dan tidak ada lagi kezaliman. Kebenaran akan ditunjukkan, dan tidak ada lagi keculasan. Segala amal perbuatan akan diperhitungkan, dan tidak ada lagi yang disembunyikan.

 

Hadirin rahimakumullah

Pengertian khusyu' dalam shalat adalah kondisi hati yang penuh dengan ketakutan, mawas diri dan tunduk pasrah di hadapan Allah SWT, kemudian semua itu membekas dalam gerak-gerik anggota badan yang penuh khidmat dan konsentrasi dalam shalat, bila perlu menangis dan memelas kepada Allah SWT, sehingga tidak memperdulikan lagi hal lain. Dengan demikian, kekhusyu'an dalam shalat bukanlah sekedar kemampuan memaksimalkan konsentrasi sehingga fikiran hanya terfokus dalam shalat. Namun kekhusyu'an lebih merupakan kondisi hati yang penuh rasa takut, pasrah, tunduk, dan sejenisnya, yang membias dalam setiap gerakan sehingga Nampak anggun, khidmat, dan tidak serampangan.

Lalu bagaimana agar shalat kita menjadi shalat yang khusyu' sebagaimana dimaksud pada pengertian tersebut?

Ada beberapa kiat khusyu' dalam shalat yang kerap kali disinggung oleh para ulama dalam buku-buku mereka, khususnya yang berkenaan dengan hukum dan tatacara shalat, di antaranya:

Pertama, mengenal Allah, menghadirkan, mengagungkan, dan takut kepada-Nya. Sikap dan keyakinan seperti ini hanyalah dimiliki oleh orang-orang yang berilmu, yang mempunyai pengerahuan tentang ketuhanan. Dengan kata lain, orang-orang yang takut kepada Allah itu adalah orang-orang yang bertakwa kepada-Nya, sebagaimana al-Quran menjelaskan: "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu". (QS. Fathir: 28).

Kedua, menyadari bahwa shalat adalah perjumpaan sekaligus komunikasi dirinya dengan Allah SWT.  Rasulullah SAW menyatakan: "Apabila seseorang di antara kamu sedang shalat, maka seseungguhnya dia sedang berkomunikasi dengan Allah. (HR. Bukhari-Muslim di dalam Kitab Syarah Nawawi). Maka sudah selayaknya hal itu memicu dirinya untuk memusatkan konsentrasi pada shalatnya untuk bersikap khusyu'.

Ketiga, Ikhlas dalam melaksanakannya. Allah SWT telah menegaskan: "Tidaklah kalian diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS. al-Bayyinah: 5)

Keempat, mengkonsentrasikan diri hanya untuk Allah SWT. Di dalam kitab shahihnya Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Seandainya seorang hamba – sesudah berwudhu dengan baik – tegak melakukan shalat, memuji Allah, menyanjung-Nya, mensucikan-Nya dengan semestinya, mengkonsentrasikan diri hanya untuk mengingat Allah, maka ia akan keluar dari shalatnya laksana bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya.

Kelima, menghindari berpalingnya hati dan anggota tubuh dari aktivitas shalat. Siti Aisyah radiyallohu 'anha menuturkan: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah tentang berpalingnya wajah pada waktu shalat ke arah lain, Beliau bersabda: "Itu adalah hasil curian setan dari shalat seorang hamba". (HR. Bukhari). Dinamakan "hasil curian" menunjukkan betapa buruknya perbuatan itu, karena orang itu tengah menghadap Allah, namun setan mengintai dan mencuri kesempatan. Apabila dia lengah, setan pun langsung beraksi.

Keenam, merenungi setiap dzikir yang terucap dari lisannya, dan menghayati setiap gerakan shalat dari anggota tubuhnya. Allah SWT berfiman: "Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku". (QS. Thaha: 14)

Ketujuh, memelihara thumaninah – ketenangan dan tidak tergesa-gesa dalam bacaan maupun gerakan shalat. Rasulullah SAW bersabda: "Jika kamu shalat, maka bertakbirlah. Kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari ayat Al-Quran, kemudian ruku'lah hingga kamu merasa tenang dalam ruku', kemudian bangunlah hingga kamu telah tegak berdiri, kemudian sujudlah hingga kamu tenang dalam sujud, kemudian duduklah hingga kamu tenang dalam duduk, kemudian sujudlah hingga kamu tenang dalam sujud. Lakukanlah hal itu dalam semua shalatmu". (HR. Bukhari-Muslim di dalam kitab shahihnya).

Kedelapan, penuh semangat seperti seseorang yang hendak menemui kekasihnya yang sudah lama tidak berjumpa. Oleh karena itu dia akan berusaha sekuat tenaga untuk menunaikan shalatnya tepat pada waktunya, bahkan dia akan memilih waktu terbaik untuk melaksanakan shalatnya itu di awal waktu. Rasulullah SAW pernah ditanya, "Ya Rasulullah, amal macam apa yang paling utama?". Rasulullah menjawab: "Shalat di awal waktunya". (HR. Bukhari-Muslim)

Kesembilan, memanjangkan bacaan ayat Al-Quran, terutama bagi yang mengerti kandungan makna bacaan itu, atau bagi orang yang dianugerahi kelembutan jiwa oleh Allah SWT. Al-Quran menjelaskan: "Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik, dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas, dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami. Disertai dengan ketulusan hati, ketundukan akal, dan kepasrahan jiwa-raga, lisannya berikrar: "Inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi Rabbil-'alamin" – sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah bagi Allah Tuhan semesta alam.

Kesepuluh, shalat seperti shalatnya orang yang akan meninggalkan alam fana. Demikian itu maksudnya agar kita shalat dengan shalatnya orang yang rindu berjumpa dengan Allah, bukan shalatnya orang yang gila dunia yang menganggap bahwa dunia ini segalanya, sehingga dia melupakan tempat persinggahan terakhirnya kelak di akhirat.

 

Hadirin rahimakumullah

Demikian itulah shalat yang khusyu'. Shalat yang akan menjadi pembuka pintu rahmat dan kebahagiaan. Shalat yang akan membuat sang raja seyetan – iblis laknatullah – tersungkur tidak berdaya untuk menghembuskan bisikan dan godaan. Shalat yang membuat para malaikat merasa cemburu terhadap keberadaan manusia beriman yang dilimpahi anugerah dan kemuliaan.

            Semoga kita semua menjadi hamba-hamba yang beriman yang dapat meneggakkan shalat dengan penuh kekhusyu'an, sehingga terbukalah pintu kebahagiaan sebagaimana yang kita dambakan.

 

هدانا الله واياكم اجمعيـن

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

 

 

MENDIRIKAN SHALAT YANG KHUSYU’ (KULTUM ROMADHON HARI KE 19)