SENDI-SENDI IBADAH (KULTUM ROMADHON HARI KE 23) Masjid ALWUSTHO

SENDI-SENDI IBADAH (KULTUM ROMADHON HARI KE 23)

SENDI-SENDI IBADAH

 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِىْ خَلَقَ الْجَنَّةَ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَاْلاَرْضُ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ. الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِى السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ الـنَّاسِ، وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً تُنْجِىْ قَائِلَهَا مِنْ اَهْوَالِ يَوْمِ الدِّينِ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمَبْعُوثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبـَارِكْ عَلَـيْهِ اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنــَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَاِيــَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.  

 

            Segala puji bagi Allah yang telah mencurahkan nikmat kepada kita, terutama nikmat hidayah iman dan islam, sehingga kita masih diperkenankan menikmati hidangan  saum Ramadhan ini dengan segenap kebahagiaan. Salawat dan dalam semoga tetap dihaturkan kepada junjungan alam Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

 

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

            Setiap saat kita selalu berharap bahwa ibadah yang kita lakukan, baik itu shalat, puasa, zakat, sedekah, tadarus al-Quran, dzikir, termasuk ibadah tarwaih kita ini diterima oleh Allah SWT. Di samping kita juga sebenarnya merasa cemas atas segala kekurangan, kesalahan, kekhilafan, serta ketidaksempurnaan ibadah kita.

            Rasulullah SAW pernah menginformasikan bahwa di akhirat kelak banyak orang yang dihadapkan pada sidang hisab -- yakni perhitungan amal perbuatan. Seluruh amal ibadahnya dikumpulkan bagaikan kain-kain usang yang menumpuk tidak berharga. Kemudian tumpukan amalnya itu digenggam oleh malaikat lalu dilemparkan ke muka pemiliknya, seraya berseru: "inilah hasil dari amal perbuatanmu! Semuanya kosong tidak bernilai bagimu".

 

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

            Alangkah malangnya nasib kita, apabila kita pada posisi sebagaimana yang diceritakan pada hadits Nabi tadi. Amal yang banyak itu tidak ada nilainya di mata Allah SWT. Apa sebabnya? Hal inilah yang ingin saya sampaikan dengan maksud agar kita menjadi lebih apik, teliti, dan hati-hati dalam setiap melakukan aktivitas ibadah. Jangan sampai kita dikategorikan oleh al-Quran sebagai manusia sesat yang tidak menyadari kesesatannya, bahkan merasa dirinya telah berbuat kebenaran.

Allah SWT berfirman:

 

ö@è% ö@yd Lälã¤Îm7t^çR tûïΎy£÷zF{$$Î/ ¸x»uHùår& ÇÊÉÌÈ  

 

Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" (QS. Al-Kahfi: 103)

 

tûïÏ%©!$# ¨@|Ê öNåkߎ÷èy™ ’Îû Ío4quŠptø:$# $u‹÷R‘‰9$# öNèdur tbqç7|¡øts† öNåk¨Xr& tbqãZÅ¡øtä† $·è÷Yß¹ ÇÊÉÍÈ  

 

Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.  (QS. Al-Kahfi: 104)

 

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

            Untuk menghindari kerugian itu, kita harus mengetahui serta memahami sendi-sendi ibadah yang menjadi penyebab sempurnanya amal -- yang karenanya amal itu diterima oleh Allah sehingga menghantarkan kita pada keberuntungan dan kebahagiaan sebagaimana yang kita harapkan.

            Pertama: imanan-kamilan, yakni iman yang sempurna. Iman yang kukuh dan teguh, tidak mudah goyah dengan berbagai terpaan. Keimanan yang lahir dari satu kesadaran bahwa dirinya adalah makhluk yang mempunyai kewajiban mengabdi kepada Tuhannya – Allah SWT. Keimanan yang tumbuh dari satu keyakinan bahwa Allah SWT adalah sumber dari segala yang maujud, penguasa dan pengatur alam semesta, serta kepada-Nya pula semua yang maujud itu akan bermuara. Keimanan yang menjadi watak mukmin sejati sebagaimana dijelaskan di dalam al-Quran:

 

$yJ¯RÎ) šcqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sŒÎ) tÏ.èŒ ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sŒÎ)ur ôMu‹Î=è? öNÍköŽn=tã ¼çmçG»tƒ#uä öNåkøEyŠ#y— $YZ»yJƒÎ) 4’n?tãur óOÎgÎn/u‘ tbqè=©.uqtGtƒ ÇËÈ  

 

Sesungguhnya orang-orang mukmin yang mantap imannya lagi sempurna  adalah mereka yang membuktikan pengakuan iman mereka dengan apabila disebut nama Allah maka gentar hati mereka, karena mereka sadar akan keindahan serta kekagungannya, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,  maka bertambahlah kemantapan iman mereka, kemudian melahirkan sikap tawakal, yakni berserah diri kepada Allah SWT.  (QS. Al-Anfal:2)

 

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

            Kedua: yaqinan-shadiqan, yakni keyakinan yang benar, yang serasi antara niat, sikap, ucapan, dan perbuatan. Keyakinan yang tumbuh atas dasar keimanan yang sempurna. Keyakinan yang melahirkan sifat shidiq, amanah, tabligh, dan fathanah – jujur, terpercaya, cerdas, dan terampil. Keyakinan yang membuahkan amalan-shalihan – amal shaleh yang bermanfaat bagi baik bagi pelakunya maupun masyarakat di sekitarnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya:

 

* }§øŠ©9 §ŽÉ9ø9$# br& (#q—9uqè? öNä3ydqã_ãr Ÿ@t6Ï% É-Ύô³yJø9$# É>̍øóyJø9$#ur £`Å3»s9ur §ŽÉ9ø9$# ô`tB z`tB#uä «!$$Î/ ÏQöqu‹ø9$#ur ̍ÅzFy$# Ïpx6Í´¯»n=yJø9$#ur É=»tGÅ3ø9$#ur z`¿Íh‹Î;¨Z9$#ur ’tA#uäur tA$yJø9$# 4’n?tã ¾ÏmÎm6ãm “ÍrsŒ 4†n1öà)ø9$# 4’yJ»tGuŠø9$#ur tûüÅ3»|¡yJø9$#ur tûøó$#ur È@‹Î6¡¡9$# tû,Î#ͬ!$¡¡9$#ur ’Îûur ÅU$s%Ìh9$# uQ$s%r&ur no4qn=¢Á9$# ’tA#uäur no4qŸ2¨“9$# šcqèùqßJø9$#ur öNÏdωôgyèÎ/ #sŒÎ) (#r߉yg»tã ( tûïΎÉ9»¢Á9$#ur ’Îû Ïä!$y™ù't7ø9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏnur Ĩù't7ø9$# 3 y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# (#qè%y‰|¹ ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbqà)­GßJø9$# ÇÊÐÐÈ  

 

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah orang beriman kepada Allah dan hari kemudian dengan sebenar-benarnya iman sehingga meresap ke dalam jiwa dan membuahkan amal-amal shaleh; percaya kepada  malaikat-malaikat sebagai makhluk-makhluk yang ditugaskan oleh Allah dengan aneka tugas; percaya kepada kitab-kitab suci yang diturunkan, khususnya Al-Quran, Injil, Taurat, dan Zabur yang disampaikan kepada para nabi; juga percaya kepada nabi-nabi yang merupakan pilihan Tuhan yang diberi wahyu untuk membimbing manusia; memberikan harta yang dicintainya secara tulus kepada kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; mendirikan shalat secara benar sesuai dengan rukun, syarat, dan sunnah-sunnahnya; menunaikan zakat dengan sempurna,  orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. al-Baqarah: 177)

 

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

            Ketiga: tafaquh fid-din, yakni memahami ajaran agama dengan benar. Pemahman yang universal. Utuh dan menyeluruh. Tidak varsial – sepihak dan hanya serpihan yang hanya akan menimbulkan kekeliruan serta kesalahan tentang kebenaran ajaran Islam. Adanya kekerasan, radikalisme, fatatisme golongan adalah diakibatkan oleh pemahaman yang sempit sekelompok umat atas keluasan ajaran Islam.

Rasulullah SAW bersabda:

 

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ، وَاِنــَّمَا الْعِلْمُ بِالـتَّعَلُّمِ (رواه البخارى)

 

Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan pemahaman padanya tentang agamanya, dan sesungguhnya memperoleh ilmu itu hanyalah dengan belajar  (HR. Bukhari)

 

Pada hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda:

 

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَـيْسَ عَلَـيْهِ اَمْرُنَـا فَهُوَ رَدٌّ. (رواه مسلم)

 

Barangsiapa yang melakukan suatu amal perbuatan —  yang berkaitan dengan masalah ibadah – yang bukan atas perintah kami, maka amalannya itu tertolak. (HR. Muslim)

 

Dengan cara apa kita bisa mengetahui, mengerti, dan memahami tentang ilmu-ilmu agama itu? Tentu saja dengan selalu belajar dan terus belajar sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Di samping itu, al-Quran juga memberikan tuntunan agar kita jangan sungkan untuk bertanya kepada para alim-ulama yang lebih memahami tentang ilmu-ilmu agama.

 

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

            Keempat: ikhlas fil-'amal –  ikhlas artinya bersih atau murni. Seumpama emas 24 karat yang tidak bercampur tembaga atau unsur lainnya. Ikhlas dalam beramal artinya bersih hati serta niatnya dari hal-hal yang dapat menghapuskan pahala ibadah, seperti ujub, riya, sum'ah, takabur dan sebagainya.

            Imam Abu al-Qasim al-Qusyairi memberikan definisi ikhlas sebagaimana dikutip oleh al-Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar:

 

اْلاِخْلاَصُ اِفْرَادُ الْحَقِّ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فِى الطَّاعَةِ بِالْقَصْدِ

 

Ikhlas adalah memfokuskan hak Allah SWT dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya dengan tujuan mengharapkan keridhaan-Nya. Tidak karena ingin disanjung, dipuja, dipuji, dan dihargai oleh manusia. Tidak juga karena takut dicaci, dicela, dihina, dan disepelekan oleh manusia. Karena beramal karena mengharapkan pujian, sanjungan, dan penghargaan manusia adalah perbuatan syirik fil-ibadah. Sedangankan meninggalkan suatu amalan ibadah karena takut celaan, cacian, atau hinaan manusia adalah perbuatan riya fil-ibadah. Kedua-duanya – baik syirik maupun riya fil-'amal – adalah parasit ibadah yang akan menghilangkan pahala dari ibadah itu sendiri.

Allah SWT berfirman:

 

`yJsù tb%x. (#qã_ötƒ uä!$s)Ï9 ¾ÏmÎn/u‘ ö@yJ÷èu‹ù=sù WxuKtã $[sÎ=»|¹ Ÿwur õ8Ύô³ç„ ÍoyŠ$t7ÏèÎ/ ÿ¾ÏmÎn/u‘ #J‰tnr& ÇÊÊÉÈ    

 

Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan ganjaran Tuhannya di hari kemudian nanti, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan dalam beribadah kepada Tuhannya sesuatu pun dengan jalan tulus, tidak riya dalam melaksanakan ibadahnya itu. (QS. Al-Kahfi: 110)

 

Dan di dalam surah al-Bayyinah Allah SWT berfirman:

 

!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#r߉ç6÷èu‹Ï9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJ‹É)ãƒur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨“9$# 4 y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ  

 

Tidaklah mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

 

Hadirin hamba Allah yang berbahagia

            Demikianlah empat sendi ibadah dalam Islam agar ibadah yang kita laksanakan benar-benar sesuai dengan aturan al-Quran dan Sunnah sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT. Semoga kita bisa melaksanakan ketaatan itu dengan keimanan yang sempurna, ditopang dengan keyakinan yang mantap, dilandasi dengan ilmu pengetahuan yang benar, dan didasari dengan keikhlasan demi mengharap ridha Allah SWT.

 

بارك الله لـى ولكم

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

SENDI-SENDI IBADAH (KULTUM ROMADHON HARI KE 23)